Wednesday, September 30, 2015

Buku Perbatasan : Gagal Tamtama, Kalah Caba Lulus Jadi Perwira


Hal tersebut tidak menjadikannya putus asa, dengan pengalaman yang dia dapatkan pada saat mendaftar sebagai calon prajurit TNI dia mencoba mendaftar seleksi menjadi anggota POLRI, namun hasilnya tetap sama tidak diterima.  Tentu sebagai manusia biasa, rasa khawatir dan cemas pun mulai mengganggu jiwanya. Melihat pengalamannya yang selalu gagal, kita bisa simpulkan dia juga akan gagal apabila dia ingin mengikuti seleksi Akademi TNI (perwira) pasti akan gagal lagi karena proses seleksinya jauh lebih ketat. Namun apa yang terjadi?  Dia putuskan untuk ikut seleksi Akademi TNI dan hasilnya sungguh menakjubkan, ternyata dia berhasil lulus. Pengalamannya mengikuti proses seleksi dari tingkat Tantama dan Bintara ternyata telah memberikan  pembelajaran dan perbaikan dalam jiwa dan semangat juangnya, sehingga mengantarkannya lulus menjadi perwira Angktan Darat.




Gagal Masuk Tamtama, Tidak Lulus Seleksi Caba Tapi Lulus Jadi Perwira





Kalau anda sudah pernah gagal masuk prajurit TNI, maka yang penting anda perhatikan adalah jangan sampai putus asa. Banyak prajurit yang telah mengikuti test seleksi sampai beberapa kali. Sebenarnya dia sudah beberapa kali mengikuti seleksi masuk prajurit TNI. Bisa terjadi seorang prajurit sudah pernah mengikuti seleksi Tamtama namun gagal di tahap pertama yaitu kesehatan. Kemudian setelah kegagalan tersebut dia memperbaiki kekurangannya dan mendaftar kembali, kali ini mendaftar seleksi Bintara (satu tingkat lebih tinggi dari Tamtama). Sepintas kita bisa katakan  Tamtama saja tidak lulus apalagi Bintara yang tingkatnya lebih tinggi, namun kenyataan berkata lain. Berkat perbaikan yang dia lakukan kali ini tes tahap kesehatan berhasil dia lalui walaupun harus tetap bersabar karena kembali gagal di tahap Akademis.

Hal tersebut tidak menjadikannya putus asa, dengan pengalaman yang dia dapatkan pada saat mendaftar sebagai calon prajurit TNI dia mencoba mendaftar seleksi menjadi anggota POLRI, namun hasilnya tetap sama tidak diterima.  Tentu sebagai manusia biasa, rasa khawatir dan cemas pun mulai mengganggu jiwanya. Melihat pengalamannya yang selalu gagal, kita bisa simpulkan dia juga akan gagal apabila dia ingin mengikuti seleksi Akademi TNI (perwira) pasti akan gagal lagi karena proses seleksinya jauh lebih ketat. Namun apa yang terjadi?  Dia putuskan untuk ikut seleksi Akademi TNI dan hasilnya sungguh menakjubkan, ternyata dia berhasil lulus. Pengalamannya mengikuti proses seleksi dari tingkat Tantama dan Bintara ternyata telah memberikan  pembelajaran dan perbaikan dalam jiwa dan semangat juangnya, sehingga mengantarkannya lulus menjadi perwira Angktan Darat.

Dari apa yang diceritakan di atas, ada beberapa hal yang perlu anda ambil hikmahnya,  yakni  sikap pantang menyerah, belajar dari pengalaman, dan pembelajaran merupakan suatu sikap yang harus kita pelihara dan terus dijaga pada saat kita menghadapi seleksi. “Gagal di suatu hal bukan berarti kita gagal di hal yang lain sekalipun hal  tersebut lebih tinggi, lebih kompetitif dan lebih tidak mungkin sekalipun. Ingat seperti kata pepatah ; kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.  Kalau anda berjuang maka “Allah maha mengetahui dan mempunyai sesuatu untuk kita”


Friday, September 18, 2015

Penyandera di Papua,Akhirnya Bebaskan Dua Warga Indonesia

    

    
Penyandera Akhirnya Bebaskan Dua Warga Indonesia
Oleh FABIO COSTA
Dua warga negara Indonesia, Ladiri Sudirman dan Badar, yang disandera kelompok sipil bersenjata di Kampung Skouwtiau, Papua Niugini, sejak 12 September akhirnya dibebaskan pada Jumat (18/9). Operasi pembebasan dilakukan oleh tentara Papua Niugini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers terkait pembebasan dua WNI yang disandera kelompok bersenjata di kantor Kemenlu, Jakarta, Jumat (18/9). Retno menyatakan, dua WNI atas nama Ladiri Sudirman dan Badar telah dibebaskan dan diserahterimakan oleh Pemerintah Papua Niugini kepada Konsulat RI di Vanimo, Papua Niugini.

Antara/Rudi HartantoMenteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers terkait pembebasan dua WNI yang disandera kelompok bersenjata di kantor Kemenlu, Jakarta, Jumat (18/9). Retno menyatakan, dua WNI atas nama Ladiri Sudirman dan Badar telah dibebaskan dan diserahterimakan oleh Pemerintah Papua Niugini kepada Konsulat RI di Vanimo, Papua Niugini.

Ketua Tim Negosiasi dari Pemerintah Papua Niugini (PNG) Yan Jingga bersama aparat militer dan Konsul RI untuk Vanimo Elmar Lubis mengantar kedua WNI ke daerah perbatasan RI-PNG di Skouw Wutung pada pukul 13.00 WIT. Keduanya meneteskan air mata sambil memeluk para pejabat daerah. Badar tampak mengalami cedera pada kaki bagian kanan. Setelah proses penyerahan, kedua WNI dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapat perawatan.

Media tidak diizinkan untuk mewawancarai kedua korban penyanderaan. Para wartawan langsung diarahkan untuk meliput proses penandatanganan berita acara penyerahan kedua WNI dari Konsulat RI di Vanimo ke Pemerintah Provinsi Papua. Kepala Badan Perbatasan dan Hubungan Kerja Sama Luar Negeri Provinsi Papua Susana Wanggai, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Hinsa Siburian, dan Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw menerima langsung kedua WNI.

Susana mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah PNG yang telah berupaya maksimal membebaskan kedua sandera. "Kami mengapresiasi kinerja aparat PNG dan juga Konsul RI di Vanimo. Upaya pembebasan kedua WNI berjalan sukses," kata Susana. Sementara itu, Elmar mengatakan, proses pembebasan berlangsung pada hari Kamis (17/9) pukul 22.00 di Kampung Skouwtiau. "Tim negosiasi dari PNG berhasil membujuk kelompok itu untuk membebaskan Badar dan Ladiri Sudirman. Setelah itu, aparat PNG langsung mengantar keduanya ke kantor kami di Vanimo. Badar mengalami cedera, bukan karena disiksa anggota kelompok itu, melainkan hanya terjatuh," ujar Elmar.

Ladiri Sudirman dan Badar adalah penebang kayu yang bekerja pada perusahaan penebangan kayu di Skofro, Distrik Keerom, Papua, yang berbatasan dengan Papua Niugini. Mereka diserang kelompok sipil bersenjata lalu disandera saat sedang bekerja di wilayah Keerom.
(sumber : Kompas, 18 September 2015)