Thursday, December 3, 2015

Prajurit Kowad Dalam Misi Perdamaian PBB, Serma Rita Erna Mayasari



Serma Rita Erna Mayasari: “Sosok Kowad Dalam Misi Perdamaian PBB”


Setiap warga Negara Indonesia baik pria maupun wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam membela Negara Indonesia. Atas dasar itulah wanita kelahiran 35 tahun lalu ini ingin mengabdikan dirinya kepada bangsa dan Negara melalui TNI. Menurutnya, dengan menjadi prajurit Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) merupakan salah satu wujud pengabdian kepada bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Dengan berbekal tekad yang kuat dan motivasi yang tinggi, selepas dinyatakan lulus SMU pada tahun 1997, Rita Erna Mayasari mendaftarkan dirinya untuk bergabung dengan TNI Angkatan Darat di Kodam VI/Tpr yang saat ini telah berubah menjadi Kodam VI/Mlw. Melalui seleksi Secaba Kowad yang sangat ketat, akhirnya Rita dinyatakan lulus dan berhak mengikuti pendidikan Secaba Kowad di Pusdik Kowad Kodiklat TNI AD Lembang Bandung. Selama kurang lebih satu tahun menjalani pendidikan dasar dan dilanjutkan dengan pendidikan kejuruan Bekang di Cimahi, Bandung, pada tahun 1998 dinyatakan lulus dengan menyandang pangkat Sersan Dua Kowad dan resmi bergabung dengan TNI Angkatan Darat menjadi anggota Korps Wanita Angkatan Darat. Awal penugasan, Sersan Mayor (K) Rita sesuai dengan ilmu pendidikan kecabangannya ditempatkan di satuan Perbekalan Denma Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, sampai dengan tahun 1999. Berjalannya waktu Ibu dua putri ini mendapatkan perintah untuk mengikuti seleksi ADC Ibu Kasum TNI, dan selama 2 tahun mendampingi Ibu Kasum. Selanjutnya pada tahun 2000 ditugaskan di staf Kasum TNI yang diperbantukan di bagian administrasi sampai dengan sekarang
Tergabung dalam Satgas Yonif Mekanik
Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL Berawal pada akhir tahun 2010, ada permintaan dari PBB yang membutuhkan personel Wanita TNI untuk bergabung dalam misi perdamaian PBB. Merupakan suatu kebanggan bagi Serma Rita yang ketikan itu, mendapat perintah untuk mengikuti seleksi tersebut. Namun diballik rasa bangga , Serma Rita sempat terpikir apakah tega untuk meninggalkan keluarga terutama anak-anak? Tetapi kembali pada sumpah dan janji sebagai seorang prajurit harus siap melaksanakan perintah. Dukungan terbesar didapatkan dari suami, maka tekad serma Rita untuk mengikuti test tersebut dilanjutkan. Hampir lebih 20 peserta yang mengikuti test hingga akhirnya terpilih masing-masing matra dari Darat, Laut dan Udara untuk mewakili Mabes TNI. Kemudian bergabung dengan rekan-rekan dari masing-masing matra untuk melakukan persiapan memasuki masa pratugas. Test yang dilalui tidaklah mudah dari mulai test kesehatan, jasmani, psikotest, Bahasa Inggris dan komputer. Setelah dinyatakan lulus Rita melakukan berbagai persiapan baik secara mental dan fisik. Saat itu tergabung dalam Satgas Yonif Mekanik
Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL 2010-2011.
Akhir November 2010 kami berangkat menuju Lebanon Penugasan di Lebanon Suatu negara yang dari awal berdiri selalu memiliki konflik terutama dengan Israel. Permasalahan konflik antara Lebanon dengan Israel merupakan permasalahan perbatasan Internasional atau dikenal dengan nama “Blue Line” yang meruncing pada tahun 2006 saat kelompok Hisbullah menyerang patroli perbatasan Israel dan menculik 2 prajurit AB Israel yang kemudian dibalas dengan invasi Israel ke Lebanon selama 34 hari. Akan tetapi dari dalam negeri Lebanon sendiri banyak terjadi gejolak seperti perang saudara dan konflik politik. Tantangan yang tentu saja tidak mudah khususnya bagi kami Wanita TNI untuk bisa menjalankan tugas dihadapkan pada kondisi Lebanon saat itu , juga kulture masyarakat yang boleh dibilang sangat keras wataknya akibat dari negara yang berkonflik. Wanita TNI sebagai bagian integrasi dari TNI turut pula memantapkan kiprahnya sebagai prajurit profesional yang dibangun secara riil dan mengedepankan aspek kemahiran untuk kemiliteran yang di topang oleh aspek moral, etika, disiplin serta kesejahteraan dengan tetap pada jati dirinya sebagai prajurit Sapta Marga.

Suka Duka
Dalam pelaksanaan tugas tentu saja, ibu dua orang putra/putri ini mengalami suka dan duka saat di medan tugas. “Harus terpisah dengan keluarga tercinta sudah pasti merupakan hal terberat, tetapi dengan kekuatan dari Sang Maha pencipta saya bisa mengatasi itu semua dengan melakukan komunikasi intens melalui video call di saat pekerjaan selesai atau di sela-sela waktu luang saya, paling tidak bisa mengobati kerinduan pada keluarga terutama kepada anak-anak saya,” kisah Serma Rita. Hambatan lainnya pada penugasan adalah masih adanya ketidakpercayaan dari rekan-rekan pria bahwa para tentara wanita mampu untuk melaksanakan tugas tersebut, hingga tidak jarang terjadi perdebatan, namun hal tersebut dilalui, tentu saja dengan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik kepada pimpinan hingga akhirnya dapat merasakan bagaimana berpatroli di jalur jalur konflik. “ Setelah mereka tahu bahwa kamipun mampu melaksanakan tugas dengan baik akhirnya para pimpinan yakin bahwa kami bisa melaksanakan tugas yang diperintahkan kepada kami wanita TNI.” Menghadapi masyarakat yang walau terlihat baik tetapi tetap dituntut kewaspadaan yang cukup tinggi, terkadang dihadapkan pada masyarakat yang sangat keras kepala namun dengan pendekatan serta sikap bersahabat kepada mereka hingga akhirnya mereka bisa menerima keberadaan kita dengan baik, sehingga mereka bisa mengatakan love Indonesia. Hal ini terbukti dari sebagian daerah yang menjadi tanggung jawab Indonesia masyarakatnya dapat berbaur dengan kita bahkan Sekjen PBB pun mengakui hal tersebut. Selain itu juga Wanita TNI turut berkontribusi dalam bidang olahraga yang diselenggarakan oleh UNIFIL Wanita TNI khususnya Kowad yang ikut serta dalam beberapa pertandingan diantaranya bulutangkis dan tenis meja. Dengan berbangga hati saat itu saya berhasil meraih Medali Emas pada  ganda putri dan Medali perak pada ganda  campuran serta Medali Perunggu pada  tunggal putri Bulutangkis. Dengan kodratnya sebagai wanita bersama-sama kami juga tak segan-segan untuk menyuguhkan tarian-tarian asli Indonesia dari berbagai adat istiadat yang ada, tentunya kami sudah mempersiapkan sebelum kami malaksanakan penugasan dengan latihan terlebih dahulu beberapa tarian, untuk penyambutan tamu2 dari negara-negara yang berada di Sektor Timur. Komando Sektor Timur dipimpin oleh seorang Perwira tinggi berpangkat Brigjen berasal dari Spanyol dan mempunyai seorang wakil berpangkat Kolonel yang berasal dari Indonesia. Selama satu tahun, isteri dari Khaeruddin ini melaksanakan penugasan di Lebanon dan kembali ke tanah air pada akhir tahun 2011.
(Sumber: http://www.tniad.mil.id/index.php/2015/07/serma-rita-erna-mayasari-sosok-kowad-dalam-misi-perdamaian-pbb/)